Steam Didominasi Pemain Berbahasa China, Apa Dampaknya untuk Komunitas Global?
Platform gaming terbesar di dunia, Steam, kembali mencatat sejarah. Laporan statistik Februari 2025 mengungkapkan fakta mengejutkan: 43% pemain aktif Steam menggunakan bahasa China sebagai bahasa utama—naik 12% dari tahun sebelumnya. Angka ini menggeser dominasi pemain berbahasa Inggris yang kini berada di posisi kedua (27%). Lantas, apa yang terjadi di balik lonjakan ini, dan bagaimana dampaknya bagi ekosistem gaming global?
Data yang Bicara: Dari Honor of Kings hingga Genshin Impact
Berdasarkan laporan Steam, puncak aktivitas pemain China terjadi pada akhir Februari—tepat saat libur Tahun Baru Imlek. Beberapa game menjadi prime suspect di balik tren ini:
- Honor of Kings World, versi PC dari game mobile legendaris Tencent, merajai chart dengan 5,8 juta pemain concurrent.
- Genshin Impact tetap konsisten di top 3, didukung update region “Xianzhou: Cloud Sea”.
- Game indie China seperti Bright Memory: Infinite 2 juga mencuri perhatian berkat kolaborasi dengan artis pop lokal.

Tak hanya game, faktor infrastruktur turut berperan. Kuota internet murah dari provider seperti China Telecom dan harga GPU seri RTX 5060 yang terjangkau di pasar lokal disebut-sebut sebagai katalisator.
“Ini Bukan Hanya Tentang Jumlah, Tapi Juga Pengaruh”
Liang Wei, analis dari Niko Partners, memberi pernyataan tegas: “Dominasi China di Steam bukan sekadar angka. Lihatlah bagaimana toko item kulit senjata bertema Imlek ludes dalam 3 jam, atau forum diskusi yang kini ramai dengan thread berbahasa Mandarin. Ini adalah pergeseran kekuatan budaya.”
Efeknya sudah terasa:
- Developer global mulai tambahkan opsi subtitle Mandarin di early access.
- Tournament Dota 2 terbaru diadakan di Shanghai dengan hadiah USD 4 juta—terbesar sepanjang sejarah.
- Komunitas Eropa protes karena ping ke server Asia yang sering spike selama jam prime time China.
Masa Depan: Akankah Steam Jadi “QQ Gaming Platform 2.0”?
Meski angka ini jadi kabar baik bagi developer China, beberapa gamer khawatir. “Saya suka game China, tapi saya tidak mau Steam berubah jadi WeChat versi gaming,” keluh Andi, pemain Warframe asal Bandung.
Valve sendiri belum berkomentar, tapi kebijakan terbaru seperti integrasi dompet digital Alipay dan fitur live streaming kolaborasi dengan Douyu (platform streaming China) menunjukkan arah yang jelas.
Penutup: Antara Peluang dan Tantangan
- Dominasi pemain berbahasa China di Steam adalah bukti bahwa pasar Asia masih hot untuk digarap. Namun, seperti kata pepatah, “Di balik awan merah, ada angin kencang”—fenomena ini membawa peluang kolaborasi, sekaligus risiko fragmentasi komunitas. Satu hal yang pasti: peta kekuatan gaming dunia sedang berubah… dan kita semua harus siap dengan strategi baru.